Badak Jawa di Ujung Tanduk, Langkah Mundur Konservasi Ujung Kulon » UJUNGKULON

Badak Jawa di Ujung Tanduk, Langkah Mundur Konservasi Ujung Kulon

Badak Jawa di Ujung Tanduk, Langkah Mundur Konservasi Ujung Kulon , itulah judul dari laporan yang publikasikan oleh Auriga Nusantara , sebu...

Badak Jawa di Ujung Tanduk, Langkah Mundur Konservasi Ujung Kulon, itulah judul dari laporan yang publikasikan oleh Auriga Nusantara, sebuah LSM konservasi lingkungan dan sumber daya alam. 

badak jawa bersama anaknya

Berita mengenai raibnya belasan badak Jawa dari pantauan kamera jebak dan matinya 3 ekor badak jawa beberapa tahun belakangan memang sempat viral di media mainstream. Seperti apa fakta-fakta yang ditemukan team Auriga Nusantara? Berikut kami kutip tulisannya dari sumbernya langsung.

Badak Indonesia Tidak Baik-baik Saja

Dua dari lima spesies badak hidup di Indonesia, yakni badak jawa (Rhinoceros sondaicus) dan badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis). Badak hitam (Diceros bicornis) dan badak putih (Ceratotherium simum) hidup di Afrika, sedangkan badak india (Rhinoceros unicornis) hidup di India dan Nepal. Badak sumatera tadinya hidup juga di Malaysia, tapi kini telah punah.

Spesies ini kini tersisa di Sumatera dan Kalimantan. Badak sumatera di Kalimantan tersisa setidaknya 2 individu, yakni betina Pari yang hidup di alam liar dan betina Pahu yang setelah ditangkap dari alam pada 2019 kini hidup di Borneo Rhino Sanctuary di Kutai Barat, Kalimantan Timur. 

Sementara di Sumatera spesies ini diyakini tidak lebih dari 60 individu. Populasinya tersebar, yakni di Kawasan Ekosistem Leuser, Aceh, sekitar 40 individu dan di Taman Nasional Way Kambas, Lampung, yang jumlahnya tidak lebih dari 20 individu, yakni 8 di Sumatran Rhino Sanctuary, dan sisanya–diyakini tidak lebih dari 10 individu di alam liar di dalam taman nasional ini.

Laporan-laporan pemerintah selalu menyebut bahwa badak sumatera juga masih ada di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung. Tapi, bertahun-tahun terakhir survei badak di taman nasional ini tidak menemukan bukti yang meyakinkan tentang keberadaan badak sumatera sehingga sangat mungkin telah punah.

Dengan jumlah populasi yang kecil namun tersebar,  kinerja pengelolanya tidak meyakinkan, dan perburuan satwa yang tinggi di habitatnya; menjadikan badak sumatera sebagai salah satu satwa paling terancam punah di muka bumi.

 Badak Jawa di Ujung Tanduk

Badak jawa tadinya terdiri atas 3 subspesies, yakni badak myanmar (Rhinoceros sondaicus inermis), badak vietnam (Rhinoceros sondaicus annamiticus), dan badak banten (Rhinoceros sondaicus sondaicus). 

Pada tahun 1920 badak myanmar mengalami kepunahan, disusul badak vietnam 90 tahun kemudian, sehingga badak jawa tersisa adalah subspesies badak banten yang hanya tersisa di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten. 

Karena tersisa satu populasi atau di satu habitat, setidaknya sejak tiga dekade lalu pakar dan praktisi konservasi badak telah mengusulkan penambahan habitat badak jawa di luar Taman Nasional Ujung Kulon, atau di kalangan konservasionis disebut sebagai second population atau second habitat.

Penambahan habitat ini dipandang perlu karena sejarah tsunami yang pernah terjadi di Ujung Kulon dan sekitarnya akibat letusan Krakatau. 

Sejarah adanya antraks yang menimpa ternak di sekitar Ujung Kulon dan/atau Banten secara umum menjadi alasan penguat, apalagi banyak kematian badak banten selama ini yang tidak tuntas tersimpulkan penyebabnya. 

Penambahan habitat ini bukan hal baru karena badak jawa dahulunya tersebar dari Jawa, Sumatera, Semenanjung Malaysia, Myanmar, Thailand, Vietnam, Laos, Kamboja, hingga daerah Assam di India.

Akan tetapi, meski disebut eksplisit dalam dokumen-dokumen resmi, termasuk rencana-rencana aksi konservasi badak, hingga saat ini tidak ada kemajuan berarti mengenai penambahan habitat badak jawa tersebu

Padahal, populasi badak jawa di Taman Nasional Ujung Kulon cenderung tidak berkembang, terlihat dari populasinya yang relatif stagnan. Meski terdapat kelahiran hampir setiap tahun, namun estimasi populasi badak jawa di Taman Nasional Ujung Kulon tidak pernah mencapai 80 individu. 

Patut dicatat bahwa Taman Nasional Ujung Kulon adalah kawasan konservasi paling ajeg sistem pemantauannya, terutama jumlah dan kepadatan kamera pemantau. 

Seluruh kamera ini, pernah mencapai lebih dari 220 kamera dalam satu tahun pemantauan, dan deteksi tertinggi hanya 63 individu badak yakni tahun 2018.

Baca tulisan selengkapnya DI SINI